Pukul 9.15 kereta tiba di stasiun Regensburg. Keluar dari kereta, kami mencari ATM untuk menarik uang. Selanjutnya, kami turun ke lantai dasar untuk menuju luar stasiun. Kondisi tak begitu ramai sebab hari Ahad. Toko-toko pun banyak yang tutup.
Bukanlah sebuah kota besar, menjadikan bahnhof Regensburg juga tak begitu besar. Di bagian bawah berderet kios makanan dan ada juga counter pusat informasi yang terletak tepat sebelum pintu utama (masuk/keluar). Di sini, pengunjung bisa juga membeli tiket kereta DB (Deutschbahn).

Berdasarkan itinerary yang kami susun, penjelajahan kami akan dimulai dari titik terjauh di sebelah timur, yaitu Donaustauf Castle lalu kembali ke pusat kota (di sekitaran stasiun Regensburg) untuk mengunjungi destinasi di sekitaran sana dan akan diakhiri dengan makan besar sebelum nantinya pulang lagi ke Muenchen.
Sengaja kami memilih lokasi-lokasi yang juga strategis agar tidak jauh balik ke stasiunnya. Mengingat hari Ahad, (ini penting dicatat, ya π) bus yang beroperasi jadwalnya tidak sesering pada hari kerja. Paling apes kalo harus nunggu bus yang baru ada sekitar 30 menit atau sejam sekali. Waduh, yang ada malah jadi wisata naik bus, bukannya jelajah kota. Afufu~ π€
Oke, enggak perlu lama-lama. Mari, kita kemon ke Donaustauf Castle. Gabsida! π
1. Donaustauf Castle
Bus ke arah destinasi ini bisa dijangkau dengan bus no. 5. Haltenya berjarak 200 meter dari stasiun. Hanya memakan waktu perjalanan sekitar 25 menit. Bus nantinya akan menurunkan kita di halte Donaustauf Bayerwaldstrasse. Dari sini, kami tinggal jalan kaki menuju kastilnya.
Turun dari bus, kami langsung menyeberang jalan dan mengambil arah lurus di depan kami, lanjut belok ke kiri. Selain “merasa yakin” sudah lihat G-Maps, di depan kami juga ada seorang ibu dengan dua anaknya yang berpakaian seperti petualang. Oh, kita sama, nih, tujuannya. Pikir kami. Namun, secepat kilat mereka telah raib dari pandangan kami.
Kami merasa bahwa jalan yang ditempuh sudah benar sehingga tak sadar jika di depan sana ada percabangan ke kanan dan kiri. Lalu kami mengambil jalan ke arah kiri. Soalnya, yang kanan menanjak, Cui, dan terlihat seperti ke arah perumahan. Kayaknya enggak mungkin, deh. Batin kami. Sotoy! π
Ternyata…oh, ternyata. Memang kami keliru. Hahaha. Jalan yang kami ambil tersebut endingnya ke makam, Kisanak. π Pantesan, di sepanjang jalan orang bingung melihat kami, ini dua orang pada mau ke mana? Mau ngapain? Hahaha.
Meski begitu, orang-orang yang kami temui pun ramah menyapa. “Halo”, “Servus”, begitu ujar mereka. Orang-orang ini juga ternyata hendak menghadiri acara keagamaan. Beberapa anak juga terlihat mengenakan baju tradisional “drindl” dan sepertinya mereka akan menghadiri sekolah Minggu.
Sebelum masuk ke area seperti hutan dan kastilnya, ada taman kecil yang ditanami berupa-rupa bunga di kanan-kirinya. Ada juga papan informasi yang menyajikan histori kastil ini dari dulu hingga sekarang. Setelah melewati bagian taman kecil, kami bertemu dengan makam lagi (kali ini lebih luas) yang terletak di sebelah kanan. Banyak orang sedang berziarah kubur, mengunjungi orang tercinta yang telah tiada.
Kami melanjutkan perjalanan. Tak seberapa jauh dari makam tersebut sudah bisa kami jumpai gerbang utama kastil ini. Semakin masuk ke dalam, semakin menyenangkan. Tujuan utama dan pertama mengunjungi kastil ini adalah untuk melihat Regensburg dari atas, sebelum nanti kami menjelajahi jantung kotanya.Yey!
Dan, masya Allah. Indah banget pemandangan dari atas sini. Sejauh mata memandang tampak Sungai Danube melintang dari arah barat (kota Regensburg) hingga ke timur. Ada juga sebuah danau dekat situ yang bermuara ke sungai. Kami juga bisa melihat pemukiman penduduk sekitar berbaris tertata rapi menyenangkan mata.
Sungai Danube ini, menurut info yang Mbak Jou baca di papan informasi di kastil ini, menjadi sungai yang keberadaannya penting bagi rute penyebaran flora dan fauna. Pada zaman dulu, ikan yang bernama Hausen bahkan bisa memiliki panjang hingga 6 meter dan bermigrasi dari Laut Hitam (Black Sea) lalu mereka beranak-pinak di sepanjang aliran Sungai Danube di Regensburg ini.
Sayangnya, akibat adanya pembangunan yang menyebabkan Sungai Danube terintangi olehnya, ikan-ikan ini tak lagi muncul keberadaannya. Dampaknya juga berpengaruh pada fauna lain, yakni spesies Meadow-birds seperti curlew dan lapwing (burung pipit, kayaknya dalam bahasa Indonesia, kasih tahu ya kalo Mbak Jou keliru π). Mereka masih hidup hingga beberapa dekade yang lampau, tapi kini menghilang. π₯
Puas menikmati cahaya mentari dan melihat hamparan pemandangan Regensburg dari atas kastil, kami membuka bekal. Mie goreng kebanggaan kita semua. Apa lagi, ya kan…? Teman-teman pasti fasih dengan jenama mie instan ini. Afufu~ π€
2. Masjid DITIB Regensburg
Menggunakan bus no. 5 ke arah kota, kami berangkat menuju Masjid DITIB Regensburg untuk menunaikan sholat dzuhur sebelum nantinya fokus jalan-jalan ke pusat kota. Setelah transit sekali dan berganti bus (no. 30) kami tiba di daerah pinggiran yang merupakan kawasan pabrik gitu. Hanya berjalan beberapa meter saja, menara masjid dengan ciri khas bentuk “bulan sabit” telah bisa kami jumpai. Tepat di saat Mas Bou dan Mbak Jou sampai, adzan sedang dikumandangkan.
Masjid ini tampak masih baru. Masih dalam proses pembangunan berkelanjutan. Kami masuk lewat pintu utama dan langsung disuguhi meja berisi lembaran daftar hadir yang telah penuh terisi. Kami memasukkan data diri (nama dan nomor kontak) dan naik tangga menuju lantai atas. Tersedia juga lift untuk jemaah yang kesulitan mengakses tangga.
Untuk jemaah perempuan, harus naik lagi satu lantai karena area sholatnya terpisah dengan jemaah laki-laki. Tipikal masjid Turki yang biasa Mbak Jou temui di sini. Kondisi saat itu cukup sepi, tidak ada jemaah perempuan lain. Mbak Jou meringkas sholat dzuhur dan ashr menjadi 2-2 alias mengqasharnya karena jarak safar kami telah memenuhi syarat melebihi 80 km.
Selesai sholat, kami cekrak-cekrek sebentar di dalam masjid lalu berpamitan kepada pengurus masjid. Oiya, di lantai dasar tadi ada juga vending machine yang bisa pengunjung akses jika ingin membeli minuman. Menarik juga masjidnya. Terlihat sederhana desainnya, sekaligus keren. Jika melihat foto-fotonya yang beredar di internet, masjid ini juga terlihat megah pada saat petang, ketika maghrib. Temboknya akan “berubah” kemerahan karena tersinari cahaya lampu. Mengingatkan Mbak Jou akan istana Al-Hambra di Andalusia, Spanyol. π π₯°
Alamat masjid ini adalah MaxhΓΌttenstraΓe 3, 93055 Regensburg.
Baiklah, saatnya kami melanjutkan penjelajahan menuju pusat kota Regensburg. Jalan kaki dulu, yaa, ke halte busnya. Yuk.