Posted in Ceritanya Mbak Jou, Kompetisi Blog

Aku Berani Jadi Narablog pada Era Digital

Narablog? Baru pertama kali ini Mbak Jou ketahui. Secara ndak sengaja kala itu, sedang bermain instagram, muncul informasi lomba blog “Kompetisi Blog Nodi” di linimasa instagram Mbak Jou. Rasa penasaran makin meningkat ingin tahu, apa sih arti narablog? Lantas, Mbak Jou melakukan jelajah blog atau blogwalking ke beberapa blog orang lain termasuk blog Nodi Harahap. Dari mereka arti narablog Mbak Jou ketahui, yaitu terjemahan bahasa Indonesia untuk istilah blogger. Wah, bagus dong. Bahasa Indonesia memiliki istilah sendiri untuk menyebut orang yang gemar membuat karya tulisan di blog (web log).

Dunia blog tak pernah terbayang sebelumnya di benak Mbak Jou. Yang Mbak Jou inginkan hanya menulis, karena Mbak Jou senang bercerita. Walaupun demikian, ada kendala yang dihadapi, yakni ketakutan diri. Minder, ketika melihat orang lain bisa menulis dengan bagus. Ah, bisa ndak ya aku membuat tulisan yang menarik seperti itu? menjadi sebuah kalimat yang terus-menerus bergaung di kepala Mbak Jou. Pertanyaan diri seperti ini selalu menciutkan nyali dalam belajar menulis.

Pada tahun 2012,  akhirnya memberanikan diri, membuat sebuah tulisan catper atau catatan perjalanan tentang naik gunung. Ketika itu, Mbak Jou menuliskan semua hal yang ingin diceritakan. Tanpa jeda. Alih-alih terangkai isi cerita yang menarik. Susunan kalimat dalam satu paragraf malahan terlalu panjang. Tentu saja membuat lelah dan bosan bagi yang membaca.

Perasaan galau menguasai, merasa tidak mampu menghasilkan karya tulis yang baik. Sebab, menyusun kata masih serampangan. Tidak tahu mana yang baku, mana yang bukan. Bingung cara menggunakan tata bahasa yang baik dan benar. Ilmu menulis serta penguasaan digital pada saat itu juga masih minim dimiliki. Cerita pun berakhir dengan berhentinya Mbak Jou menulis.

Keinginan menulis kembali menyapa Mbak Jou, bagaikan sebuah panggilan jiwa. Lantaran hasrat bercerita yang menggebu-gebu. Mbak Jou pikir, kenapa tidak, jika cerita Mbak Jou kepada khalayak luas bisa memberikan kemanfaatan yang lebih jauh? Akan tetapi, kebingungan kembali membayangi. Rasa minder dan takut masih terus menggerayangi. Bagaimana cara memulainya? Lagi-lagi, Mbak Jou bertanya-tanya dalam hati.

Tulisan tak kunjung dihasilkan. Bulan demi bulan, yang akhirnya berganti tahun. Nihil. Kepada teman-teman yang lebih dahulu memulai, Mbak Jou berguru. Bagaimana cara membuat tulisan yang bagus? Apa yang harus dilakukan untuk memulai sebuah tulisan? Beragam artikel dan buku Mbak Jou pelajari. Belum ada titik cerah. Tak ada satu pun karya dapat ditelurkan. Namun, keinginan itu masih ada di sana. Terus menyala.

Benar saja. Tuhan selalu bersama dengan hamba-Nya yang berprasangka baik. Manakala pendar cahaya itu dijaga dengan baik, maka jalan-jalan menuju impian itu akan semakin terang benderang.

Bersama kesulitan ada kemudahan. Manusia hidup, senantiasa mendapat ujian dari Sang Pencipta. Sebagai bukti kesungguhannya.

Pada waktu yang bersamaan, Mbak Jou gemar menuangkan perasaan hati ke dalam tulisan yang berwujud diari. Jika hati sedang gembira Mbak Jou menulis. Jika hati gulana Mbak Jou kian bersemangat menulis. Sungguhpun sebagai terapi jiwa, siapa sangka, hal ini justru menjadi kesempatan mengembangkan diri. Perlahan namun pasti, anak tangga menuju impian menulis sedang Mbak Jou susun sebenarnya. Diari menjadi alat merangkai rasa. Dari kata-kata hingga makna penuh warna.

Ada sebuah hal penting, yakni bola semangat yang harus tetap bergulir. Nyala-terangnya harus terus dijaga dengan baik. Sebab, menjaga keajegan tidaklah mudah. Mas Bou sebagai mentor pertama dan utama, sangat berperan dalam proses ini. Mas Bou adalah penyemangat tak kenal lelah yang selalu mendorong Mbak Jou maju berkarya.

Yang penting kuantitas dulu, perbanyak menulis. Kualitas bisa menyusul nanti,” pesan Mas Bou kepadaku berulangkali.

Di suatu sudut diri, rupanya masih ada momok minder dan takut yang membayangi. Apa yang harus kulakukan? Hadapi. Menulislah. Apa saja yang  ingin engkau tulis. Jangan pikirkan dulu tulisanmu akan menarik atau tidak. Tulis saja. Engkau tak akan pernah tahu hingga engkau mencobanya.

Pada tahun 2016, Mbak Jou mengawali tulisan pertama di blog “keluargaismail” dengan bercerita mengenai pengalaman. Perlu waktu lebih dari tiga hari, seingat Mbak Jou, agar tulisan itu rampung. Setelah usai menulis, berkali-kali Mbak Jou melakukan swasunting. Deg-degan dengan hasil karya sendiri. Sudah betul atau belum ya penulisan kalimatnya?

Sebagaimana orang yang sedang jatuh cinta, tak bosan-bosannya Mbak Jou membaca ulang tulisan perdana itu. Seakan tak percaya bahwa, Mbak Jou berhasil melawan ketakutan dalam diri. Terlebih lagi, blog adalah hal baru bagi Mbak Jou. Berbagai hal teknis mengenai tampilan, pengaturan blog, dan sederet perkara digital awam Mbak Jou ketahui.

Tanpa rasa bosan, Mas Bou telaten mengajari Mbak Jou berkenalan dengan blog. Di tengah proses belajar tersebut, pada suatu hari, Mbak Jou ketahui ada segelintir orang yang membaca tulisan Mbak Jou. Betapa senang hati ini! Kegembiraan yang bertambah tatkala ada orang yang mengapresiasi dengan kesediaan mereka membaca tulisan Mbak Jou.

“Wah, ndak nyangka ada yang mau membaca tulisanku,” pekik Mbak Jou kegirangan.

Momen ini bagaikan suntikan semangat yang Mbak Jou peroleh dari luar. Hingga kini pun, hati selalu bahagia jika tulisan yang Mbak Jou posting diapresiasi oleh orang lain baik dengan dibaca maupun diberikan komentar.

Statistik Pembaca Keluargaismail tahun 2019
Dokumentasi pribadi. Dukungan dari berbagai penjuru dunia. Terima kasih kepada pembaca blog keluargaismail!

Kebahagiaan turut menulari diri Mas Bou. Melihat sang isteri penuh semangat dan punya gairah baru mewujudkan impiannya. “Ayo, sudah menulis lagi belum?,” begitu tanya Mas Bou menyemangati Mbak Jou ketika hasrat menulis sedang mengendur.

Tak ingin menyia-nyiakan dukungan dan rasa percaya dari Mas Bou, Mbak Jou berlatih terus untuk menulis. Seringkali kami berlomba, selain dengan kesibukan harian, menulis di blog kami masing-masing. Bulan ini menulis apa? Sesekali, kami selingi dengan berbagi informasi supaya kapasitas diri dalam menulis meningkat. Ayo, ikut grup ini dan itu. Ayo, bergabung dengan komunitas ini dan itu. Mereka bisa menjadi sarana penguat semangat menulis, lho.

Lambat laun, tulisan di blog makin banyak dan berwarna. Pembaca blog bertambah dari segi jumlah dan jangkauan area. Semangat menulis kian menggelora. Jati diri menulis pun Mbak Jou temukan. Gaya penulisan, konten blog, dan niche mulai bisa terarah. Artinya, kemampuan menulis dituntut supaya terus dikembangkan.

Logo Blog Keluargaismail
Dokumentasi pribadi. Logo situs blog

Bagi Mbak Jou, blog “keluargaismail” ini ibarat majalah digital. Sejak awal, judul blog dan alamat situs blog sudah Mbak Jou buat secara spesifik. Begitu pula dengan slogannya, yaitu Ceritanya Mas Bou dan Mbak Jou. Personalisasi dan spesifikasi ini bertujuan untuk menjelaskan identitas blog ini. Pembaca dapat menemui beragam rubrik cerita, sesuai slogan blog ini, di dalam kategori-kategori blog ini.

Menemukan info “Kompetisi Blog Nodi” menjadi sebuah momentum bagi Mbak Jou belajar tentang dunia blog dengan lebih baik lagi. Di era digital ini, kita tak harus belajar melulu via luring (luar jaringan). Seperti Mbak Jou yang sekarang berada jauh dari tanah air, dengan cara daring (dalam jaringan), Mbak Jou tetap bisa belajar mengembangkan diri utamanya di dunia menulis.

Terpisah oleh jarak dan waktu dengan tanah air, tak menyurutkan semangat dan langkah menimba ilmu kepada rekan-rekan senior narablog lain seperti, Joe Candra, Nabilla DP, dan juga Khrisna Pabhicara. Nodi Harahap telah memberi sumbangsih kepada Mbak Jou dalam proses mempelajari dunia blog. Mengenal mereka sebuah kesyukuran luar biasa, teringat akan masa-masa terpuruk saat titik cerah belum ditemukan.

Menceburkan diri dalam komunitas yang sama, sangat berdampak pada terjaganya semangat mengembangkan diri. PR Mbak Jou pada tahun ini, yakni menjaga konsistensi menulis. Tak ada cara lain selain memperbanyak karya menulis. Karena di sanalah medan perang yang sesungguhnya. Mengasah kemampuan tiada henti agar diri berprestasi.

Ketakutan yang semula ada, akhirnya mampu diatasi. Nyatanya, ketakutan itu datang dari diri sendiri. Kita hanya perlu mau mencoba dan bangkit menghadapinya. Jalan akan selalu terbentang bagi mereka yang bersedia mencari. Setelah ini, Mbak Jou akan belajar ikut lomba blog lainnya. Sarana baik untuk menjajal kemampuan dan rasa percaya diri demi belajar sepanjang hayat. Kalian juga ingin jadi narablog? Yuk, kita pasti bisa!

 

Author:

Hai teman-teman! Saya Mbak Jou yang suka masak, jalan-jalan, foto, bercerita, dan menulis. Saya mengelola dua blog, yaitu keluargaismail.wordpress.com dan pawoneuro.wordpress.com. Oya, teman-teman juga bisa lho menikmati tulisan Mas Bou dengan mengunjungi ismailsunni.wordpress.com. Selamat membaca! 🌺

5 thoughts on “Aku Berani Jadi Narablog pada Era Digital

  1. Hai Kakak…
    Selamat ya sudah menang. 🙂
    Aku juga nggak sengaja lihat kompetisinya di instagram, tapi waktu itu belum ngeblog lagi karena abis berhenti selama beberapa tahun terakhir.

    Tapi, akhirnya sekarang belajar ngeblog dari awal lagi.

    Belum terlalu ngerti blog sih, cuma ada temen yang menyemangati, jadi suka deh.

    Semangat kakak!!

    Like

    1. Hai Einid atau Shandy? ^_^„„ makasih ya sudah mampir kemari dan berbagi semangat juga. Ayo, mulai nulis lagi yuk.. 😉 banyakin nulis aja dulu biar terpupuk cintanya sama si blog hehehe.. 😄

      Like

Leave a reply to di.an.ro Cancel reply